Tempat Sebenarnya
Selasa, 26 April 2016
0
komentar
Sunar,
orang memanggilnya. Anak biasa yang penuh dengan keterbatasan. Bukan karena
cacat mental akan tetapi karena sifat dan tabiatnya yang sering sendiri menjadi
alasan orang lain tidak begitu respek dengan dia. Dia agak pendiam tetapi
sebenarnya ada seribu kata dalam alam bawah sadarnya ketika melihat kejadian
didepannya. Ayah ibunya sangat menyayanginya sedari kecil, meskipun bukan dari
keluarga bangsawan tetapi kebahagiaan selalu menyelimuti, tentunya atas
limpahan keberkahan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sunar, hidup dengan kesendirian baik
dirumah maupun disekolah, terlebih di sekolahnya yang sekarang, nyaris semua
teman sekelasnya tidak menyukai dirinya. Salah satu alasan yang ia katakan
meski di dalam hati, dia tidak suka pada teman-temannya dikarenakan sifat
teman-temannya yang tergolong kurang baik dalam perkataan maupun perbuatan,
sehingga dia memilih jalan sendiri setiap kegiatan apapun. Sampai pada suatu
saat dia ingin mencari sebuah gagasan tentang pelajar yang seharusnya. Baginya
kemampuan teman-temannya jauh dibawahnya, bukan karena sombong akan tetapi
survei intra maupun ekstra membuktikan penilain ini. Akhirnya dia memutuskan
untuk mengikuti kegiatan diluar sekolah berkumpul dengan komunitas pelajar di
tingkat kabupaten. Pada hari yang telah ditentukan, dia mengayuh sepeda
bututnya, dengan mempersiapkan dua koin kepingan uang lima ratus rupiah di
kantong celanya. Sesampai di halte bus, dengan penuh keyakinan dia menghentikan
siroda empat yang berasap itu. Rasa dak dig dug menjadi lagu iringan di fikiran,
ketakutan uang yang dibawanya tidak cukup, tetapi dengan seragam kebanggan
sekolah yang dikenakan menjadi alasan yang dapat diterima bapak si topi lusuh
itu.
Gedung
megah yang menjadi tempat tujuan sudah di depan mata, dengan penuh kebanggan
Sunar melangkahkan kaki. Disana sudah ada banyak pelajar dari berbagai sekolah
bonafit di kabupaten kala itu. Senyum sapa mereka yang membuka hati menjadi
sebuah kebahagiaan yang tidak pernah didapatkan. Serasa disini tidak ada
pertanyaan dari mana dan bagaimana latar belakang siapa saja yang datang. Semua
dianggap penting dan mampu membawa perubahan. Tiba acara dimulai, sesuai dengan
adat yang ada, karena awal pertemuan pastinya diawali dengan perkenalan,
meskipun dengan keringat dingin dan gemetar di badan Sunar memberanikan diri
untuk berbicara di depan semua tentang asal usulnya, meskipun sebelumnya sudah
latihan di dalam hati tetapi prakteknya memang lebih sulit, tetapi tak apalah
mungkin ini permulaan, selanjutnya diperbaiki lagi. Sore itu acara ditutup
dengan harapan kegiatan ini dan pertemuan ini akan berlanjut kedepannya.
Di
dalam bus pulang, meskipun dengan berdiri memegang besi putih karena tidak
kebagihan tempat duduk, tetapi senyum di bibir dan kepuasan dalam hati tidak
dapat disembunyikan dari orang lain. Ternyata disinilah keluargaku yang
sebenarnya, gumam Sunar dalam hati. Setiap individu hewan pasti punya ekosistem
masing-masing, termasuk dengan Sunar, ternyata tempatnya bukan di tempat-tempat
sebelumnya dia singgah tetapi di tempat baru ini dia menjadi harapan, dambaan
bahkan kebanggan. Sehingga dengan motivasi ini akan membentuk kinerja yang
kedepan lebih baik. Selamat berjuang Sunar. Selamat Berkarnya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Tempat Sebenarnya
Ditulis oleh Kang Guru
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sekolahwedarijaksa.blogspot.com/2016/04/tempat-sebenarnya.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Kang Guru
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar