Perahu Gethek
Jumat, 27 Maret 2015
0
komentar
Sore itu cuaca cerah, matahari masih tampak memandang bumi dengan
keceriaannya, alam bebas dan hamparan pantai yang luas menambah indahnya alam
dunia ini. Ditepi pantai yang ramah ombaknya, terdapat sebuah pemukiman warga
dari suku Trojan. Hiduplah seorang pemuda biasa, dengan tubuh semampai dengan
muka manis, “sun” warga masyarakat memanggilnya. Sesuai keterangan ibunya dia
diberi nama sun, karena ia lahir dibawah teriknya matahari disiang hari. Dengan
nama itu orang tuanya mengaharapkan kelak “sun” bisa menjadi pemuda yang mampu
menerangi seluruh warga Suku Trojan dan membawa nama baik keluarga kakek
buyutnya.
Sejak kecil “sun” hidup mandiri meskipun sebenarnya kebutuhan hidupnya
dapat tercukupi di keluarga. Akan tetapi dia lebih suka pergi melaut untuk
mencari ikan dan mencari pengalaman hidup, dan seluruh masyarakat juga sudah
akrab dengan kepiawaian “sun” dalam mengarungi samudra di teluk Arafie, selat Pucung
Kerep Sumatra Utara. Setelah ia selesai melaut, ia langsung pulang dan membersihkan
pakaian serta badannya untuk selanjutnya pergi ke Surau menyerukan Adzan Magrib.
Suaranya yang khas dan merdu menjadi sahabat akrab ditelinga para warga untuk
berduyun-duyun shalat berjama’ah di surau bersama Kyai Ali, Tokoh agama yang
terpandang di daerah suku Trojan.
Sinar mentari di pagi hari sudah menampakkan senyumannya. Pagi itu semua
orang sibuk untuk menyiapkan perolehan hasil tangkapan ikan semalam. Tetapi di
mata “sun” ada sedikit yang berbeda. Pagi itu dia melihat seorang wanita yang
sebelumnya belum pernah ia temui. Siapa gerangan gadis itu?, “annis” panggil
mak cik supi’ah istri Kyai Ali. Ternyata gadis itu adalah saudara Kyai Ali yang
berkunjung ke sini. Namanya Annis, gadis itu manis, berkulit putih, banyak
tertawa dan berjilbab rapi. Tidak ada satu wargapun yang berbusana seperti dia,
dilihat dari pakaian yang dikenakan tentu dia bukan anak orang biasa, dan
setelah “sun” bertanya dengan mak cik supi’ah memang benar bahwa dia Annis putri
tunggal pengusaha kayu terbesar di Sumatra.
Karena Annis berkunjung ke Trojan untuk penelitian Tugas Akhir Kuliyahnya,
maka dari itu Kyai Ali memperkenalkan Annis dengan “sun” agar semua tugas dan
kebutuhan Annis dapat terpenuhi, terlebih Sun pemuda yang paling paham dengan
seluk beluk Trojan. Annis menjelaskan beberapa kebutuhannya tentang
penelitiannya di sini, di antaranya tentang ketertarikannya terhadap katak
Trojan yang mempunyai tekstur warna yang indah dan bermacam-macam. Annis
sendiri belum begitu tahu dan membuktikan hal ini, karena dia mendapatkan
informasi dari Dosen pembimbingnya Ir. Suri yang dulu pernah berkunjung ke
Trojan. Sun langsung tanggap dengan beberapa arahan Annis, meskipun Sun sendiri
hanya sekolah sampai SR (Sekolah Rakyat), tetapi dia cukup pandai dan cerdas,
apalagi ini tentang alam.
Untuk mendapatkan dokumentasi dan pembuktian yang jelas, maka Sun mengajak
Annis ketempat rawa-rawa di semenanjung pantai Trojan. Untuk ke sana dibutuhkan
Perahu sedang yang dikayuh dengan kayu biasa, karena alam itu masih terjaga
keasliannya, para wargapun tidak berani merusak ekosistem yang ada disana
dengan perahu besar dan perusak binatang kecil. Setelah melewati hutan bakau
yang berakar tunggang, kapal yang mereka tumpangi bocor karena tertusuk akar
bakau yang besar. Annis mulai panik, apalagi air mengalir begitu cepat masuk
lubang kapal yang bolong. Annis berteriak Tolong-tolong!!,, Sun dengan sigapnya
berusaha mengeluarkan air dari dalam kapal, serta berusaha menutup dengan kaos
yang ia kenakan. Tetapi karna beban yang berat serta kayu kapal yang rapuh
semua itu sia-sia ia lakukan. Karena takut Annis akan jatuh, akhirnya Sun turun
kedalam air dan berusaha menyelamatkan Annis berenang ketepi rawa-rawa. Habis sudah
harapan Annis untuk sampai ke rawa kodok yang sebenarnya jaraknya tinggal
sedikit lagi. Melihat situasi yang semacam itu Sun langsung bangkit dari
duduknya dan mencari potongan bambu-bambu yang ada disekitar rawa, untungnya
parang yang tajam selalu terikat dipinggang Sun, sehingga semua urusan
pertukangan dapat teratasi.
Tidak lama,, tiba-tiba Sun memanggil Annis yang tampak murung dan sedih.
Annis... Ayo kita lanjutkan perjalanan!!.. Annis sangat terkejut ketika
dihadapan Sun ada Perahu gethek yang siap untuk ditumpangi. Dengan senang dan
tampak sumpringah Annis langsung menghampiri perahu gethek yang indah dan
nyaman itu. Tanpa disuruh Annis langsung duduk didepan dan mengomando bak
perwira kapal, Ayo Jalan,, cepat... Sun langsung menjalankan kapal dengan kayuh
perahu yang terselamatkan.
Akhirnya sampailah pada tempat yang mereka tuju, rawa katak,, sungguh
pemandangan yang sangat indah. Seperti sulit dipercaya, disana terdapat ratusan
katak yang berwarna warni, semua menyerukan suara merdu dan indah. Annis tanpa
pikir panjang langsung mengeluarkan Foto untuk di dokumentasikan. Ia juga
meminta izin kepada Sun untuk mengambil 1 katak untuk dipelihara dan dibawa
pulang ke rumahnya. Untuk lebih nyaman mengerjakan tugasnya, Sun membawa Annis
ke sebuah gubuk kecil di atas rawa katak, agar lebih santai menyelesaikan
tugasnya. Tetapi setelah sampai di dekat Gubug Annis menolaknya, karena kaki
Annis kotor, sedangkan Gubungnya bersih. Karena melihat hal itu, Sun langsung
mengambilkan air dan berusaha membersihkan kaki Annis. Annis jadi kebingungan
ketika Sun dengan tiba-tiba membersihkan kakinya, hanya ucapan “terima kasih”
dengan sedikit malu di ucapkan pelan, Sunpun juga menjawab sama-sama neng,
tidak apa-apa kok, sekalian biar aku saja yang basah.
Siangpun menyingsing, terik matahari sudah nampak terlihat, sebenarnya Sun
tidak tega untuk mengajak Annis pulang, karena nampaknya dia betah disitu,
tetapi Kyai Ali tadi sudah mewanti-wanti jangan sampai sore, karena Annis akan
dijemput orang tuanya bak’dal asyar. Akhirnya Sun mengajak Annis untuk kembali
ke rumah Kyai Ali, dan sebelum Sun pulang,, Annis menyampaikan ucapan
terimakasihnya karena sudah menunjukkan tempat terindah yang kali pertama ia
jumpai didunia ini. Serta kenangan “Perahu Gethek” penyelamat dan kenangan tak
terlupakan seumur hidupnya. Karena Annis harus pulang ke Sumatra sebagai ucapan
terimakasih, Annis memberikan sebuah tasbih kepada Sun, dan berpesan”tolong
dijaga ya tasbihnya” ini tasbih dari surga, kelak aku akan kembali ke sini
lagi. Terimakasih ya....
Sejak saat itu Sun, lebih sering mengunjungi rawa katak, sambil membawa
tasbih surga milik Annis...
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Perahu Gethek
Ditulis oleh Kang Guru
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sekolahwedarijaksa.blogspot.com/2015/03/perahu-gethek.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Kang Guru
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar